Minggu, 01 Februari 2009

SEJARAH KELUARGA TJONDRONEGORO

Dari Penulis

Kalau kita mencoba untuk memahami, sebenarnyalah sejarah manusia itu amatlah indah. Sejarah itu memang rumit, penuh angka dan deretan nama-nama orang. Kisah indah di balik sejarah itu perlu kita mengerti, terutama kisah sejarah yang mengharuskan kita ada dan meneruskan perjalanan kehidupan ini untuk mengisi sejarah pada generasi yang akan datang.

Menurut sejarah pula, bahwa keluarga besar Tjondronegoro masih trah atau keturunan dari Raja Brawijaya ke IV ( empat ) dari kerajaan Majapahit.

Yang terpenting, bukan dari mana kita berasal, tetapi kita harus mewarisi , melestarikan dan menjujung tinggi nilai-nilai luhur budi pekerti, tata karma, pantang menyerah dalam meraih cita cita dan taqwa kepada Tuhan YME sesuai dengan cerita sejarah yang menurunkan kita.

Jadi dengan demikian karakteristik-karakteristik dan konsep-konsep sejarah hendaknyalah melatar belakangi karakteristik pada generasi penerus, tidak selayaknya kita hanya bangga menjadi salah satu keturunan keluarga yang punya nama besar dan agung kalau kita tidak bisa menjunjung tinggi nilai-nilai luhur orang yang menurunkan kita.

Yang menjadi perhatian saya di dalam tulisan ini, yang akan saya pergunakan sebagai alasan untuk bahan pengkajian, adalah lieteratur sejarah yang tertulis di silsilah keluarga pada buku atau tulisan RP. Makmoer dengan judul “ Pangeran Lanang Dangiran “

Tidaklah mungkin bahwa penulisan ini dapat saya tulis secara rinci dan akurat karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan penulis tentang silsilah ini masih sangat kurang, sedangkan bahan materi sebagai faktor pendukung dalam tulisan inipun relative minim. Namun demikian tidaklah mengurangi keinginan penulis untuk menulis makalah ini.

Salah satu kajian yang tertulis dalam buku silsilah atau sejarah keluarga yang menjadi perhatian penulis adalah ; bahwa sebenarnyalah keutamaan orang hidup adalah kasih sayang , gemar prihatin dan tidak silau dengan gemerlapnya dunia. Takutlah akan murka Tuhan. Hendaknya berbudi luhur, mematuhi sabda perintah Allah dan berusaha dengan tekun, agar menjadi orang yang benar-benar berbudi, penuh kasih sayang dan beriman. Hati yang tulus, tingkah laku terpuji, gemar prihatin, merupakan pangkal sukses yang diridhai Allah. Mendambakan keselamatan dan kesejahteraan sesama mahkluk hidup, adalah dambaan setiap insan dan hal ini memang tidaklah mudah untuk dilakukan tetapi bukan berarti tidak mungkin kita laksanakan.

Ada banyak leluhur kita yang menekuni dan ikut menyebarkan agama Islam di tanah jawa ini, seperti “ Kanjeng Kiyai ageng Brondong “ yang sumare di pesarehan Sentono Botoputih Surabaya.

Salah satu ajarannya yang penulis petik adalah bahwa kita haruslah selalu waspada, jauhilah lauwamah, amarah dan sufiah, penjarakan dan kuncilah kokoh-kokoh, dengan iman dan ketawakalan. Jadikanlah lauwamah, amarah, dan sufiyah sebagai prajurit untuk menghadapi musuh.

Laku baik buruk, laki-laki dan perempuan sejati, seyogianya agar di ketehui semua, dan pahamilah betul-betul tentang kawula Gusti. Coba kita pahami yang terpetik dibawah ini :


Ing wekasan muwuhi kang runtik, dipun sareh pun cetha pratela, ngawula satriya anom, nenggih ibaratipun, ing satriya anom yen runtik, kadya yen banjir bandhang, kang katrajang larut, yen dinuta dipun kebat, jroning kebat akanthia ngati-ati, amrih ywa manggih duka.

Ing malihe wekas ingsun kaki, yen satriya anom lagi duka, aja amapras dukane, lir ngadu kang tiksya lungit,singa ingkang kataman, temahan cumeprut, balikan den angerepa, aturira kan seru rereh pratitis, amrih lunturing duka……..dst

Yang terjemahannya sbb, jika perkataan seseorang keras dan menyakitkan, hendaklah kita tanggapi dengan tenang dan dengarkanlah dengan sabar tanpa perasaan amarah. Mengabdi ksatria muda usia, ibaratnya jika ksatria muda itu sedang marah seperti air bah, segala yang diterjang hilang lenyap. Bergegaslah apabila disuruh. Cepat, tetapi disertai hati-hati agar jangan membuat orang lain kecewa dan marah.

Lagi pula pesanku, jika ksatria muda sedang marah, jangan dipenggal marahnya, itu ibarat mengadu benda runcing dan tajam. Barang siapa yang terkena pada akhirnya akan hancur. Maka dari itu perbaikilah tutur katamu agar tidak menambah kemarahannya.

Tema sejarah memang selalu menarik dan tidak habis-habisnya dikaji untuk berbagai kepentingan. sejarah keluarga sangat baik diketahui maupun disimak oleh generasi penerusnya. Namun perlu kita akui bahwa kajian sejarah keluarga sangat jarang mendapat perhatian dari generasi sesudahnya, mayoritas generasi penerusnya memandang bahwa sejarah keluarga adalah kehidupan masa lalu yang tidak ada relevansi dan signifikan dengan perjalanan kehidupan dimasa sesudahnya. Saya melihat ini adalah memprihatinkan , karena bagaimanapun kehidupan sekarang berasal dari kehidupan masa silam. Sejarah itu merekam berbagai kejadian penting di masa silam yang perlu diketahui generasi penerusnya agar dapat meneladani perilaku dari generasi sebelumnya. Kalau pada jaman dulu banyak orang yang jadi orang sukses meski keterbatasan sarana, pada jaman modern ini sangat banyak sarana, tetapi banyak orang yang berleha-leha dan gagal. Hal ini bukan lain karena adanya kemunduran semangat generasi. Sekarang, mari kita memaksimalkan pemanfaatan potensi kita, kita wujudkan bahwa kita sebagai putra-putri keturunan keluarga besar yang mempunyai nama harum, sanggup melestarikan dan mempertahankan ajaran-ajaran luhur dari para leluhur kita

Apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari scenario building hari sebelumnya. Maka, masa yang akan datang harus didesain dari sekarang. Untuk mendesain itu, kita perlu di dorong oleh api semangat sejarah.

( Kamis wage, 26 Juli 2007 )

Tidak ada komentar: